Gengsi ? perlukah ?
ga tau harus dari mana ngebahas topik ini.
didasari dari pengalaman pribadi dan obrolan2 ga penting antara sesama manusia, jadi ngebatin sendiri dan bengong-bengong sendiri.
hari gini, saat mall-mall banyak berdiri, saat gadget2 berhamburan dimana-mana, saat mobil bukan lagi barang mewah, susah sekali bertemu dengan manusia2 yang masih memakai hati-nya untuk berbicara.
setiap bertemu manusia lain, mostly hal-hal yang terucap dari mulut2 mereka hanyalah seputar, "mobil apa?", "rumah berapa?", "hang-out di mall apa?", "liburan keluar negri mana?", dan masih banyak hal2 hedonisme yang di bahas. well, untuk beberapa manusia yang gak melulu tentang gengsi, topik2 seperti itu pasti bisa bikin pingin muntah deh...
kadang pingin ketawa kalo denger obrolan2 gengsi itu...kayak lupa, kalau diatas langit masih ada langit. kayak lupa juga kalau mereka ga akan selamanya hidup menikmati gengsi ini.
namun, kadang sedih juga kalau penyakit gengsi ini menyerang manusia-manusia yang saya kenal. well, contohnya, kerabat saya sendiri deh. sosok2 yang saya tau dulu dan sekarang-nya. rasanya saat mendengar manusia yang saya kenal bicara ttg gengsi, ada sebagian dari hati saya yang ikutan sakit. entah kenapa...
mungkin karena saya tau "dulu"-nya manusia ini seperti apa dan "sekarang"-nya menjadi seperti apa.
Dulu, yang kalau jalan-jalan tidaklah harus ke mall. Dulu, yang kalau makan tidaklah harus ke restoran. Dulu, yang memandang manusia yang tidak kaya tidaklah sinis. Dulu, yang liburan tidak harus gembar-gembor keluar negri. Dulu, yang tidak bermobil pun tidak apa-apa. Dulu, yang murah pun ga papa. dan masih banyak hal baik lagi "dulu"-nya....
well, kata "manusia" juga saya gunakan supaya yang membaca, termasuk saya, ingat bahwa kita manusia, bukan Tuhan dan bukan pula Hewan. Manusia yang diciptakan oleh Tuhan untuk beramal baik di dunia, diciptakan dengan hati nurani dan akal pikiran agar berbeda dengan Hewan.
Anyway, apakah gengsi bisa membeli kebahagiaan? well, gengsi emang bisa membeli kebahagiaan, kyk sepatu, tas, baju, makanan....dan semua yang keliatan.
tapi apakah gengsi bisa membeli kebahagiaan hati? kebahagiaan melihat anak kita tertawa dan merengek minta di gendong?
apakah gengsi bisa mengobati rasa kehilangan seseorang yang kita sayangi?
apakah gengsi bisa menolong kita dari kematian?
apakah gengsi bisa mengembalikan kehidupan orang-orang yang kita sayangi yang telah lama pergi?
pertanyaan2 itu hanya bisa di jawab oleh masing-masing manusia.bukan saya, bukan pula kamu.
so, gengsi ? perlukah ?
didasari dari pengalaman pribadi dan obrolan2 ga penting antara sesama manusia, jadi ngebatin sendiri dan bengong-bengong sendiri.
hari gini, saat mall-mall banyak berdiri, saat gadget2 berhamburan dimana-mana, saat mobil bukan lagi barang mewah, susah sekali bertemu dengan manusia2 yang masih memakai hati-nya untuk berbicara.
setiap bertemu manusia lain, mostly hal-hal yang terucap dari mulut2 mereka hanyalah seputar, "mobil apa?", "rumah berapa?", "hang-out di mall apa?", "liburan keluar negri mana?", dan masih banyak hal2 hedonisme yang di bahas. well, untuk beberapa manusia yang gak melulu tentang gengsi, topik2 seperti itu pasti bisa bikin pingin muntah deh...
kadang pingin ketawa kalo denger obrolan2 gengsi itu...kayak lupa, kalau diatas langit masih ada langit. kayak lupa juga kalau mereka ga akan selamanya hidup menikmati gengsi ini.
namun, kadang sedih juga kalau penyakit gengsi ini menyerang manusia-manusia yang saya kenal. well, contohnya, kerabat saya sendiri deh. sosok2 yang saya tau dulu dan sekarang-nya. rasanya saat mendengar manusia yang saya kenal bicara ttg gengsi, ada sebagian dari hati saya yang ikutan sakit. entah kenapa...
mungkin karena saya tau "dulu"-nya manusia ini seperti apa dan "sekarang"-nya menjadi seperti apa.
Dulu, yang kalau jalan-jalan tidaklah harus ke mall. Dulu, yang kalau makan tidaklah harus ke restoran. Dulu, yang memandang manusia yang tidak kaya tidaklah sinis. Dulu, yang liburan tidak harus gembar-gembor keluar negri. Dulu, yang tidak bermobil pun tidak apa-apa. Dulu, yang murah pun ga papa. dan masih banyak hal baik lagi "dulu"-nya....
well, kata "manusia" juga saya gunakan supaya yang membaca, termasuk saya, ingat bahwa kita manusia, bukan Tuhan dan bukan pula Hewan. Manusia yang diciptakan oleh Tuhan untuk beramal baik di dunia, diciptakan dengan hati nurani dan akal pikiran agar berbeda dengan Hewan.
Anyway, apakah gengsi bisa membeli kebahagiaan? well, gengsi emang bisa membeli kebahagiaan, kyk sepatu, tas, baju, makanan....dan semua yang keliatan.
tapi apakah gengsi bisa membeli kebahagiaan hati? kebahagiaan melihat anak kita tertawa dan merengek minta di gendong?
apakah gengsi bisa mengobati rasa kehilangan seseorang yang kita sayangi?
apakah gengsi bisa menolong kita dari kematian?
apakah gengsi bisa mengembalikan kehidupan orang-orang yang kita sayangi yang telah lama pergi?
pertanyaan2 itu hanya bisa di jawab oleh masing-masing manusia.bukan saya, bukan pula kamu.
so, gengsi ? perlukah ?
gengsi, jika hanya sebatas gaya hidup, bikin eneg dibahas sih... tapi ada satu idiom usaha yang aku suka banget jika kita merasa malu untuk memulai usaha yang kita nilai kecil-kecilan untuk dijalankan. ungkapan ini berbunyi gini, ke : "lupain dulu deh gengsi. toh, nanti hidup kita akan bergengsi kan?" tapi bukan gengsi hidup seperti artikelmu, tentu!! lebih ke kita ga akan malu2in karena kita ga perlu pinjem uang buat nyekolahin anak kita di sekolah terbaik sesuai minatnya, karena pinjam uang untuk itu : gengsi dooong... hehehe. keep with your nicely fighting spirit yoo... kamu: ga ada duanya.
BalasHapusgengsi yang kuangkat disini adalah gengsi yang berkaitan dengan gaya hidup...kan sedang booming tuh...well, hanya bagian dari pengamatan mata sehari-hari sih, peh...
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus